Minggu, 27 Oktober 2013

Perspektif Kognitif Part II : Metakognisi dan Pemecahan Masalah

Komponen Metakognisi

Secara umum metakognisi dapat diartikan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisidan penggunaan strategi. Komponen utama dari metakognisi adalah :
  1. Pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri
  2. Pengetahuan tentang kapan dan dimana mesti mengggunakan strategi yang diperoleh
Pengetahuan tentang pemikiran seseorang mencakup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan dirinya sendiri. dan kesadaran akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. Misalnya, terkadang siswa tidak menyadari bahwa suatu teks itu sulit dimana mereka tidak memiliki banyak pengetahuan pendukung seharusnya dibaca secara berbeda dari teks dengan topik yang sudah terbiasa.

Perkembangan Metakognitif
 
Perkembangan dalam psikologi bidang pendidikan berjalan sangat pesat, salah satunya adalah perkembangan konsep metakognisi (metacognition) yang pada intinya menggali pemikiran orang tentang berpikir ”thinking about thinking”. Konsep dari metakognisi adalah ide dari berpikir tentang pikiran pada diri sendiri. Termasuk kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan metakognitif), apa yang dapat dilakukan seseorang (keterampilan metakognitif) dan apa yang diketahui seseorang tentang kemampuan kognitif dirinya sendiri (pengalaman metakognitif).
Variabel lain yang terkait dengan metakognisi adalah variabel individu. Sebagai modal dasar untuk menjadi seorang pebelajar mandiri (self-learner) yang baik, siswa harus memiliki pengetahuan tentang kelemahan dan kelebihan dirinya dalam menghadapi tugas-tugas kognitif, yang menurut Anderson & Krathwohl (2001) disebut pengetahuan-diri (self-knowledge). Bahkan lebih jauh siswa harus mampu memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-strategi kognitif yang cocok dengan tipe belajar, gaya berpikir, dan gaya kognitif yang dimiliki dalam mengahadapi tugas-tugas kognitif. Misalnya, seseorang dengan tipe belajar visual harus sering menggunakan strategi elaborasi peta konsep dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Kemampuan seperti ini merupakan salah satu komponen metakognisi yang disebut pemonitoran kognitif.
Strategi Perkembangan Metakognitif
Blakey & Spence (1990) mengemukakan strategi-startegi atau langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan metakognisi, yakni: 
  •   Mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui
Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuan mereka. Dengan menyelidiki suatu topik, siswa akan menverifikasi, mengklarivikasi dan mengembangkan, atau mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yang akurat. 
  •   Berbicara tentang berpikir (Talking about thinking) 
Selama membuat perencanaan dan memecahkan masalah, guru boleh “menyuarakan pikiran”, sehingga siswa dapat ikut mendemonstrasikan proses berpikir. Pemecahan masalah berpasangan merupakan strategi lain yang berguna pada langkah ini. Seorang siswa membicarakan sebuah masalah, mendeskripsikan proses berpikirnya, sedangkan pasangannya mendengarkan dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses berpikir. 
  • Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal) 
Cara lain untuk mengembangkan metakognisi adalah melalui penggunaan jurnal atau catatan belajar. Jurnal ini berupa buku harian dimana setiap siswa merefleksi berpikir mereka, membuat catatan tentang kesadaran mereka terhadap kedwiartian (ambiguities) dan ketidakkonsistenan, dan komentar tentang bagaimana mereka berurusan/menghadapi kesulitan.
  •  Membuat perencanaan dan regulasi-diri
Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responsibilitas untuk merencanakan dan meregulasi belajar mereka. Sulit bagi pebelajar menjadi orang yang mampu mengatur diri sendiri (self-directed) ketika belajar direncanakan dan dimonitori oleh orang lain.
  • Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process)
Aktivitas terakhir adalah menfokuskan diskusi siswa pada proses berpikir untuk mengembangkan kesadaran tentang strategi-strategi yang dapat diaplikasikan pada situasi belajar yang lain. Metode tiga langkah dapat digunakan; Pertama: guru mengarahkan siswa untuk mereviu aktivitas, mengumpulkan data tentang proses berpikir; Kedua: kelompok mengklasifikasi ide-ide yang terkait, mengindentifikasi strategi yang digunakan; Ketiga: mereka mengevaluasi keberhasilan, membuang strategi-strategi yang tidak tepat, mengindentifikasi strategi yang dapat digunakan kemudian, dan mencari pendekatan alternatif yang menjanjikan. 
  •   Evaluasi-diri (Self-evaluation)
 Mengarahkan pengalaman-pengalaman evaluasi-diri dapat diawali melalui pertemuan individual dan daftar-daftar yang berfokus pada proses berpikir. Secara bertahap, evaluasi-diri akan lebih banyak diaplikasikan secara independen.
Dalam penelitian ini model yang dikembangkan sebagai model pelatihan dan pembinaan guru sains, dengan mengadaptasi konsep metakognitif Marzano dengan meliputi 3 (tiga) tahapan strategi sebagai berikut:
1.      Tahap proses sadar belajar (awareness), merupakan komponen yang paling dasar dari metakognisi. Kewaspadaan ini termasuk dua cara apakah siswa biasanya melakukan pendekatan pada tugas dan cara alternatif yang mungkin mereka lakukan. Pelajar yang baik waspada akan bagaimana mereka berpikir dan dapat membuat pilihan yang cerdas megenai strategi yang efektif.meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
  • .      Tahap merencanakan belajar (Planning), merupakan komponen rencana dari metakognisi adalah bertanggung jawab untuk “mengidentifikasi dan mengaktifkan kemampuan, taktik, dan proses tertentu yang akan digunakan dalam “mencapai cita-cita” (Marzano, 1998, h. 60). Siswa pada tahap ini memiliki dialog dalam dirinya mengenai apa yang dapat ia lakukan dan apa yang paling efektif dalam situasi ini. Jika tugasnya sederhana, orang mungkin tidak waspada akan pilihan apa yang ia buat. Dengan tugas yang kompleks, bagaimana pun, proses metakognitif lebih terbuka saat siswa memilih pilihan yang lain di dalam pikirannyameliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya).
  • .      Tahap monitoring dan refleksi belajar (monitoring and reflection), merupakan komponen akhir dari metakognisi adalah pemantauan. Fungsi ini bekerja pada keefektifan rencana dan strategi yang digunakan. Sebagai contoh, siswa kelas biologi tahun kedua memutuskan untuk membuat peta dalam komputer untuk meninjau bab untuk sebuah tes. Setelah beberapa menit, ia menyadari bahwa ia menghabiskan waktu yang lebih mencari tahu tentang software daripada berpikir mengenai konten dan memutuskan untuk menggambar peta di atas kertas. Seorang siswa kelas lima yang mengumpulkan data mengenai temperatur dan kelembaban mulai menambahkan daftar angka yang panjang lalu menyadari bahwa pekerjaan akan menjadi lebih cepat dan akurat jika ia menggunkan program lembar kerja. Pemantauan proses pemikiran yang konsisten dan membuat perubahan yang diperlukan adalah komponenyang penting dari metakognisi. Meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar